Sistem Aeroponik untuk Budi Daya Tanaman Sayur
Sistem pertanian di Indonesia dalam beberapa dekade ini telah mengalami kemajuan yang pesat. Berbagai macam teknik budi daya tanaman sudah berhasil dikembangkan, mulai dari sistem hidroponik hingga sistem aeroponik.
Setelah sebelumnya sudah dibahas tentang sistem hidroponik, kini saatnya memperdalam pengetahuan tentang sistem aeroponik bersama-sama.
Aeroponik merupakan suatu cara bercocok tanam di udara tanpa mengunakan tanah. Di dalam aeroponik, tanaman tidak diberi media untuk tumbuhnya akar, melainkan dibiarkan terbuka dan menggantung pada suatu tempat yang telah dijaga kelembabannya.
Sebenarnya, sistem aeroponik ini tidak jauh berbeda dengan sistem hidroponik. Hanya saja, sistem aeroponik ini memerlukan air yang sudah berisi larutan hara yang nantinya akan disemburkan ke akar tanaman dalam bentuk kabut. Selanjutnya, akar tanaman yang ditanam menggantung akan menyerap larutan hara tersebut.
Untuk memulai budi daya dengan sistem aeroponik, ada beberapa hal yang perlu disiapkan terlebih dahulu. Beberapa di antaranya adalah menyiapkan alat-alat seperti jaringan irigasi sprinkler, jet pump, nozzle sprinkle, PVC, rockwool, styrofoam, larutan nutrisi dan benih tanaman.
Selanjutnya, sebelum dilakukan penanaman, benih terlebih dahulu disemai di rockwool yang disusun pada tray pembibitan. Sebelum disemai, benih direndam pada air untuk memacu perkecambahan. Rockwool diberi lubang, setiap lubang ditanami satu benih agar pertumbuhannya baik, kemudian benih disimpan di ruangan gelap agar cepat berkecambah. Setelah tumbuh minimal dua helai daun, bibit pada rockwool dipindah tanamkan pada styrofoam yang telah dilubangi dengan posisi akar menggantung.
Akar tanaman sayuran ini nantinya akan menjuntai bebas ke bawah. Di bawah styrofoam terdapat sprinkler (alat pengabut) yang akan memancarkan kabut larutan nutrisi ke atas hingga mengenai akar. Sprinkler ini berfungsi untuk menciptakan uap air di sekeliling tanaman dan juga untuk memberikan lapisan air pada akar, sehingga suhu sekitar daun akan menurun dan evapotranspirasi akan berkurang.
Pengabutan dapat diatur secara intermittend, nyala-mati (on-off) bergantian menggunakan timer, asal lama mati (off) tidak lebih dari 15 menit karena dikhawatirkan tanaman akan layu. Bila pompa dimatikan, butiran larutan yang melekat pada akar bisa bertahan selama 15-20 menit. Pengabutan dapat diberikan pada siang hari saja, namun cara ini kurang dianjurkan karena kesempatan pemberian nutrisi pada tanaman akan menyusut.
Salah satu kunci keunggulan budidaya aeroponik ialah oksigenasi dari tiap butiran kabut halus larutan hara yang sampai ke akar. Selama perjalanan dari lubang sprinkler hingga sampai ke akar, butiran akan menambat oksigen dari udara hingga kadar oksigen terlarut dalam butiran meningkat. Dengan demikian proses respirasi pada akar dapat berlangsung lancar dan menghasilkan banyak energi. Selain itu dengan pengelolaan yang terampil, produksi dengan sistem aeroponik dapat memenuhi kualitas, kuantitas dan kontinuitas.
Penggunaan sprinkler ini dapat menjamin ketepatan waktu penyiraman, jumlah air dan keseragaman distribusi air di permukaan tanah secara terus-menerus selama produksi tanaman. Selain itu, sistem ini sangat cocok untuk digunakan pada tanaman yang memiliki masa panen sekitar satu bulan setelah pindah tanam, seperti selada, kangkung dan bayam.
Tidak hanya itu, kini aeroponik sudah banyak dikembangkan untuk percobaan perbanyakan benih kentang unggul oleh Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) dan Agritek Tasa Nusantara (ATN).
Referensi:
www.jurukebun.com
sistemhidroponik.com
fredikurniawan.com
bbpp-lembang.info
Setelah sebelumnya sudah dibahas tentang sistem hidroponik, kini saatnya memperdalam pengetahuan tentang sistem aeroponik bersama-sama.
Aeroponik merupakan suatu cara bercocok tanam di udara tanpa mengunakan tanah. Di dalam aeroponik, tanaman tidak diberi media untuk tumbuhnya akar, melainkan dibiarkan terbuka dan menggantung pada suatu tempat yang telah dijaga kelembabannya.
Sebenarnya, sistem aeroponik ini tidak jauh berbeda dengan sistem hidroponik. Hanya saja, sistem aeroponik ini memerlukan air yang sudah berisi larutan hara yang nantinya akan disemburkan ke akar tanaman dalam bentuk kabut. Selanjutnya, akar tanaman yang ditanam menggantung akan menyerap larutan hara tersebut.
Untuk memulai budi daya dengan sistem aeroponik, ada beberapa hal yang perlu disiapkan terlebih dahulu. Beberapa di antaranya adalah menyiapkan alat-alat seperti jaringan irigasi sprinkler, jet pump, nozzle sprinkle, PVC, rockwool, styrofoam, larutan nutrisi dan benih tanaman.
Selanjutnya, sebelum dilakukan penanaman, benih terlebih dahulu disemai di rockwool yang disusun pada tray pembibitan. Sebelum disemai, benih direndam pada air untuk memacu perkecambahan. Rockwool diberi lubang, setiap lubang ditanami satu benih agar pertumbuhannya baik, kemudian benih disimpan di ruangan gelap agar cepat berkecambah. Setelah tumbuh minimal dua helai daun, bibit pada rockwool dipindah tanamkan pada styrofoam yang telah dilubangi dengan posisi akar menggantung.
Akar tanaman sayuran ini nantinya akan menjuntai bebas ke bawah. Di bawah styrofoam terdapat sprinkler (alat pengabut) yang akan memancarkan kabut larutan nutrisi ke atas hingga mengenai akar. Sprinkler ini berfungsi untuk menciptakan uap air di sekeliling tanaman dan juga untuk memberikan lapisan air pada akar, sehingga suhu sekitar daun akan menurun dan evapotranspirasi akan berkurang.
Pengabutan dapat diatur secara intermittend, nyala-mati (on-off) bergantian menggunakan timer, asal lama mati (off) tidak lebih dari 15 menit karena dikhawatirkan tanaman akan layu. Bila pompa dimatikan, butiran larutan yang melekat pada akar bisa bertahan selama 15-20 menit. Pengabutan dapat diberikan pada siang hari saja, namun cara ini kurang dianjurkan karena kesempatan pemberian nutrisi pada tanaman akan menyusut.
Salah satu kunci keunggulan budidaya aeroponik ialah oksigenasi dari tiap butiran kabut halus larutan hara yang sampai ke akar. Selama perjalanan dari lubang sprinkler hingga sampai ke akar, butiran akan menambat oksigen dari udara hingga kadar oksigen terlarut dalam butiran meningkat. Dengan demikian proses respirasi pada akar dapat berlangsung lancar dan menghasilkan banyak energi. Selain itu dengan pengelolaan yang terampil, produksi dengan sistem aeroponik dapat memenuhi kualitas, kuantitas dan kontinuitas.
Penggunaan sprinkler ini dapat menjamin ketepatan waktu penyiraman, jumlah air dan keseragaman distribusi air di permukaan tanah secara terus-menerus selama produksi tanaman. Selain itu, sistem ini sangat cocok untuk digunakan pada tanaman yang memiliki masa panen sekitar satu bulan setelah pindah tanam, seperti selada, kangkung dan bayam.
Tidak hanya itu, kini aeroponik sudah banyak dikembangkan untuk percobaan perbanyakan benih kentang unggul oleh Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) dan Agritek Tasa Nusantara (ATN).
Referensi:
www.jurukebun.com
sistemhidroponik.com
fredikurniawan.com
bbpp-lembang.info
0 comments:
Post a Comment