Melongok Ikan Botia di Sungai Batanghari
Musim hujan di Sungai Batanghari, Jambi, merupakan masa paling dinantikan oleh para pencari ikan hias botia setempat. Di saat itu ikan hias bernama latin Botia macracantha sepanjang 2,5 cm tersebut keluar dari tempat persembunyiannya. Indonesia termasuk beruntung lantaran bajubang–sebutan botia di Jambi–memiliki sebaran terbatas. Ia hanya dijumpai di sungai dan rawa di Sumatera, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya. Nah ikan hias ekspor tersebut yang terbaik berasal dari Jambi.
Sejatinya ikan botia sohor di kalangan penggemar ikan hias seantero dunia lantaran bersosok unik di antara 3 strain botia yang beredar di pasaran seperti B. helodes, B. sidthimunki, dan B. modesta. Anggota keluarga belontiidae itu menawan coraknya. Bentuk tubuh indah, punggung agak membungkuk sehingga sepintas mirip pesawat tempur dari Rusia, Sukhoi. Warna tubuh sawo matang atau kuning dengan 3 jalur hitam mengerucut ke bawah tubuh. Satu garis hitam memotong persis di kepala, lalu di tengah agak melebar, dan berujung di sirip punggung hingga mendekati ekor.
Sirip ekor terbelah menjadi 2 bagian dengan ujung merincing. Warna oranye dengan ujung kemerahan. Dua kumis kecil menghias mulutnya yang runcing. Tepat di bwah mata muncul duri kecil yang digunakan sebagai senjata. Tah heran bila ia dijuluki si mata duri alias thorn eyes. Perilakunya pun unik. Kelompok ikan nocturnal itu selalu merayap di dasar air. Beberapa peternak di luar negeri menjulukinya si perayap lumpur. Keunikan lain, clown loach itu adalah ikan pemalu dan mudah terperanjat dan ketakutan terutama melihat ada gerakan di sekitarnya.
Sampai saat ini ikan botia masih mengandalkan alam. Puncak pencarian biasa berlangsung saat air Sungai Batanghari naik sekitar Maret—Mei. Di saat-saat seperti itu sungai di negeri Angsa Duo bisa menyuplai hingga 2,5-juta ekor botia. Namun di luar bulan-bulan tersebut terutama Agustus—Desember, ikan botia sulit diperoleh.
Di saat musim hujan saat ikan botia melimpah, botia sepanjang 1,5 cm dijual Rp300 per ekor. Sedangkan ekportir melepas US$1 per ekor. Di luar musim, jika beruntung mendapat ukuran serupa, harga jualnya mencapai Rp500 per ekor, eksportir melepas US$3 per ekor.
Nah, botia sebetulnya bisa dipijahkan di luar habitat aslinya agar populasinya di alam tetap terjaga. Cara pemijahannya pun tergolong mudah. Induk ukuran 100—200 g diadaptasikan terlebih dulu. Setelah itu ia disuntik dengan hormon supaya bisa memijah.
Sumber :
http://www.bebeja.com/melongok-ikan-botia-di-sungai-batanghari
Sejatinya ikan botia sohor di kalangan penggemar ikan hias seantero dunia lantaran bersosok unik di antara 3 strain botia yang beredar di pasaran seperti B. helodes, B. sidthimunki, dan B. modesta. Anggota keluarga belontiidae itu menawan coraknya. Bentuk tubuh indah, punggung agak membungkuk sehingga sepintas mirip pesawat tempur dari Rusia, Sukhoi. Warna tubuh sawo matang atau kuning dengan 3 jalur hitam mengerucut ke bawah tubuh. Satu garis hitam memotong persis di kepala, lalu di tengah agak melebar, dan berujung di sirip punggung hingga mendekati ekor.
Sirip ekor terbelah menjadi 2 bagian dengan ujung merincing. Warna oranye dengan ujung kemerahan. Dua kumis kecil menghias mulutnya yang runcing. Tepat di bwah mata muncul duri kecil yang digunakan sebagai senjata. Tah heran bila ia dijuluki si mata duri alias thorn eyes. Perilakunya pun unik. Kelompok ikan nocturnal itu selalu merayap di dasar air. Beberapa peternak di luar negeri menjulukinya si perayap lumpur. Keunikan lain, clown loach itu adalah ikan pemalu dan mudah terperanjat dan ketakutan terutama melihat ada gerakan di sekitarnya.
Sampai saat ini ikan botia masih mengandalkan alam. Puncak pencarian biasa berlangsung saat air Sungai Batanghari naik sekitar Maret—Mei. Di saat-saat seperti itu sungai di negeri Angsa Duo bisa menyuplai hingga 2,5-juta ekor botia. Namun di luar bulan-bulan tersebut terutama Agustus—Desember, ikan botia sulit diperoleh.
Di saat musim hujan saat ikan botia melimpah, botia sepanjang 1,5 cm dijual Rp300 per ekor. Sedangkan ekportir melepas US$1 per ekor. Di luar musim, jika beruntung mendapat ukuran serupa, harga jualnya mencapai Rp500 per ekor, eksportir melepas US$3 per ekor.
Nah, botia sebetulnya bisa dipijahkan di luar habitat aslinya agar populasinya di alam tetap terjaga. Cara pemijahannya pun tergolong mudah. Induk ukuran 100—200 g diadaptasikan terlebih dulu. Setelah itu ia disuntik dengan hormon supaya bisa memijah.
Sumber :
http://www.bebeja.com/melongok-ikan-botia-di-sungai-batanghari
0 comments:
Post a Comment