Tentang Sejarah Koi
Keberadaan koi melewati proses panjang. Pada awalnya para peternak menghasilkan koi yang hanya mempunyai satu macam warna, yang hitam disebut karasugoi dan sumigoi, putih (shiromuji), kuning (kigoi), merah (benigoi, higoi, akagoi), keemasan (kingoi), dan putih keperakan (gingoi). Dari koi warna polos inilah lantas muncul koi dengan dua warna; koi dengan tiga warna, dan koi ’orak-arik’ dengan berbagai warna atau populer dengan multi warna.
Koi dengan dua warna yang cukup digemari misalnya saja Kohaku yaitu koi yang mempunyai badan berwarna dasar putih dengan bercak merah di atas warna dasarnya. Bercak warna merah ini bisa bervariasi Jetaknya. Namun pesona yang ditimbulkannya lebih menonjol dibandingkan koi yang hanya mempunyai satu warna. Koi dua warna lainnya yang cukup diminati misalnya saja Shiro bekko yaitu koi yang dasarnya putih dengan belang berwarna hitam. Kemudian Shiro utsuri, yang merupakan kebalikan dari Shiro bekko, karena dasar badannya berwarna hitam dengan belang berwarna putih. Koi Hi utsuri mempunyai badan berwarna dasar hitam dengan belang berwarna merah, merupakan kebalikan dari Aka bekko yang mempunyai badan berwarna dasar merah dengan belang berwarna hitam.
Selain koi dengan dua warna, koi dengan tiga warna pun banyak digandrungi. Adapun yang ba-nyak dilirik para hobiis di antaranya Taisho-sanke. Taisho-sanke mempunyai perpaduan yang khas, karena badannya yang berwarna dasar putih dihiasi dengan bercak-bercak berwarna merah dan hitam yang sangat kontras. Sebaliknya Showa-sanke pun banyak juga peminatnya karena warna dasar badannya yang hitam itu sungguh indah ketika warna putih dan merah turut melumuri sekujur badannya, sehingga lengkaplah sebagai koi tiga warna yang menghiasi kolam taman kita.
Contoh dari koi multi warna misalnya Goshiki yang mempunyai lima unsur warna yang sangat memikat. Selain koi yang sudah disebutkan di atas, ada juga yang digandrungi, misalnya Aka hijiro yang hanya siripnya saja berwarna putih sedangkan sekujur badannya berwarna merah darah. Kemudian ada lagi Ogon yang warnanya kuning keemasan, Hi-showa yang warna dasarnya hitam dengan kombinasi warna merah yang sangat kontras dan dilengkapi dengan beberapa bagian yang berwarna putih. Ada juga koi yang warna punggungnya biru, tapi perutnya berwarna merah yang dikenal secara populer dengan nama Asagi. Ada juga yang mirip Asagi, tapi perutnya tidak bersisik, hanya bagian punggung saja yang bersisik.
Konon ada jenis Kohaku (warna dasar putih dengan bercak merah) yang sangat terkenal, karena kombinasi warnanya yang unik. Koi yang populer sebagai Tancho-kohaku mempunyai bercak lebar berwarna merah hanya pada kepalanya, sedangkan sekujur badannya berwarna putih. Tentu saja ini unik dan menarik minat hobiis sehingga harganya mahal. karena kombinasi warna ini sangat miripatau mengingatkan kita pada bendera Dai-Nippon. Ada juga yang agak mirip dengan itu, tapi pada punggungnya terdapat bintik-bintik hitam, yang dikenal dengan nama Tancho-sanke.
Bagaimana dengan koi lokal kita? Agaknya koi lokal kita tidak kalah beragamnya dibandingkan dengan ragam warna koi jepang. Hanya saja mengharapkan koi lokal semenarik koi jepang memang butuh waktu yang masih lama. Standar penilaian koi jepang rasanya memang masih jauh Jika hendak dipakai untuk menilai koi lokal. Namun demikian kita Jangan berkecil hati dengan warna-warni koi lokal yang belum "sepekat" koi jepang, karena ada beberapa keunggulan koi lokal yang patut dibanggakan. Koi lokal dengan segala keterbatasannya masih pantas dipajang di kolam taman, asalkan bentuk badannya sehat, bulat penampang depannya, dan tidak cacat fisiknya. Kita boleh berharap bahwa koi yang asli Indonesia ini lebih akrab dengan lingkungan hidup alamnya, entah itu airnya atau kandungan bahan organik. Yang jelas kita tidak perlu khawatir dengan luntumya warna koi seperti yang sering menjadi momok bagi pemilik koi impor. Koi lokal relatif mau menerima berbagai jenis makanan selain pellet, sekali lagi, tanpa efek sampingan, yang jelas "tabu" bagi koi impor.
Sumber : http://sentralkoi.multiply.com/journal/item/1/Tentang_Sejarah_Koi
0 comments:
Post a Comment