Wednesday, September 30, 2015

Panduan Praktis Budidaya Terong

Tanaman terong (Solanum melongena) merupakan jenis sayuran tahunan semusim. Selain India, Indonesia dipercaya merupakan asal tanaman terong. Tanaman ini banyak dijumpai tumbuh liar di hutan-hutan kita. Namun, saat ini terong ditanam meluas diberbagai belahan bumi.

Terdapat banyak ragam terong yang dibudidayakan di Indonesia, mulai dari terong lokal seperti terong gelatik, terong kopek, terong bogor, terong medan hingga terong impor seperti terong Jepang. Bentuk dan warna buah terong cukup beragam ada yang putih, hijau hingga ungu. Bentuknya pun ada yang bulat, lonjong besar, hingga lonjong dengan ujung lancip.

Kondisi tanah ideal untuk budidaya terong adalah tanah lempung berpasir dengan kisaran pH 6,5-7. Terong berproduksi maksimal pada kisaran suhu 22-30oC. Tanaman ini membutuhkan sinar matahari yang cukup, oleh karena itu cocok ditanam pada musim kemarau.

Terong masih satu keluarga dengan cabe, tomat dan kentang. Hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman-tanaman tersebut bisa juga mengganggu budidaya terong. Oleh karena itu dalam melakukan rotasi tanaman, usahakan tidak dengan tanaman-tanaman tersebut.

Penyemaian benih terong

Benih yang baik untuk budidaya terong memilki daya tumbuh di atas 75%. Dengan benih seperti itu, kebutuhan benih untuk satu hektar mencapai 300-500 gram. Sebelum ditanam di lahan terbuka, benih terong sebaiknya disemaikan terlebih dahulu.

Langkah pertama siapkan dulu tempat penyemaian benih. Buat bedengan dengan lebar satu meter dan tinggi 20 cm. Bedengan dibuat dari campuran tanah, arang sekam dan kompos dengan perbandingan 1:1:1. Atau, silahkan baca cara membuat media persemaian. Kemudian berikan naungan terhadap bedengan tersebut.

Rendam benih terong dalam air hangat selama 10-15 menit, kemudian bungkus benih dengan kain basah dan diamkan selama 24 jam. Buat alur berjarak 5-10 cm diatas bedengan untuk menebarkan benih. Kemudian tebarkan benih dan tutup dengan tanah tipis-tipis. Setelah itu, tutup bedengan dengan daun pisang atau karung goni basah. Siram dengan air untuk menjaga kelembaban persemaian.

Setelah 2-3 hari kecambah mulai tumbuh menjadi tanaman, buka daun pisang atau karung goni tersebut. Kemudian siram setiap hari tanaman tersebut. Setelah 10-15 hari, pindahkan bibit tanaman kedalam bumbunan daun pisang atau polybag kecil (9X10 cm), satu polybag satu tanaman. Isi polybag atau bumbunan daun pisang dengan tanah dan kompos, perbandingan 1:1. Silahkan baca cara membuat media tanam polybag.
Sirami tanaman yang ada dalam polybag tersebut setiap hari. Setelah tanaman berumur 1-1,5 bulan atau telah memiliki minimal 4 helai daun, tanaman tersebut siap dipindahkan ke lahan terbuka.

Pengolahan tanah dan penanaman

Lahan untuk budidaya terong dicangkul atau dibajak dengan kedalaman 30 cm. Bersihkan tanah dari gulma dan kerikil. Bentuk bedengan dengan lebar 1 meter tinggi 30 cm dan panjang disesuaikan dengan bentuk lahan. Jarak antar bedengan 40 cm.

Gunakan pupuk organik sebagai pupuk dasar, bisa berupa kompos atau pupuk kandang sebanyak 15 ton per hektar. Taburkan di atas bedengan dan aduk hingga merata. Budidaya terong menghendaki tingkat keasaman tanah sekitar pH 5-6. Apabila pH kurang dari 5 tambahkan kapur pertanian atau dolomit sebanyak 1-2 ton per hektar satu minggu sebelum tanam.

Buat lubang tanam secara berbaris, satu bedengan sebanyak dua baris. Jarak tanam antar lubang tanam 60 cm dan jarak antar baris 70 cm. Lebar lubang dan kedalaman disesuaikan dengan ukuran polybag bibit.

Sebelum bibit dipindahkan, siram bedengan dengan air. Tanaman terong cenderung tidak tahan dengan kekeringan. Pindahkan bibit tanaman satu lubang diisi satu bibit tanaman. Hati-hati dalam memindahkan tanaman, jaga agar akar tanamah tidak putus atau rusak.

Perawatan budidaya terong

Lakukan penyulaman tanaman setelah satu minggu. Cabut tanaman yang terlihat layu atau tidak sehat dan pertumbuhannya abnormal. Pencabutan dilakukan beserta media tumbuhnya. Ganti dengan bibit baru.

Pemupukan tambahan dilakukan mulai dari 2 minggu setelah bibit ditanam. Untuk budidaya terong non-organik berikan pupuk urea dengan dosis 80 kg/ha dan KCl 45 Kg/ha. Sedangkan untuk budidaya terong organik berikan pupuk kompos atau pupuk kandang, masing-masing satu kepal atau kira-kira 0,5 kg per tanaman.

Ulangi pemberian pupuk susulan pada minggu ke-5 dan ke-7 setelah bibit ditanam. Sambil memberikan pupuk susulan, siangi gulma yang terdapat dalam bedengan tanaman. Bersihkan juga semak belukar yang terdapat disekitar area tanaman.

Pemasangan ajir atau bilah bambu untuk menopang tanaman dilakukan setelah tanaman berumur 3 minggu. Penancapan ajir hendaknya berjarak 5-7 cm dari pangkal batang. Jangan sampai penancapan ajir melukai akar tanaman. Ikat tanaman pada ajir dengan tali rafia.

Apabila tidak turun hujan penyiraman hendaknya dilakukan setiap tiga hari sampai tanaman berbunga. Setelah tanaman berbunga, tingkatkan frekuensinya hingga dua hari sekali.

Panen budidaya terong

Panen pertama usaha budidaya terong biasanya dilakukan setelah 70-80 hari sejak bibit ditanam. Selanjutnya, panen dilakukan setiap 3-7 hari sekali. Dalam satu kali musim tanam, bia mencapai 13-15 kali panen, bahkan bisa lebih.

Waktu yang tepat untuk panen adalah pagi dan sore hari. Buah dipetik dengan tangkainya, buah terung tidak tahan lama. Oleh karena itu harus segera dipasarkan begitu selesai panen. Sortasi untuk budidaya terong dilakukan berdasarkan ukuran dan warna buah.

Sumber:
http://alamtani.com/budidaya-terong.html


Baca artikel selengkapnya....

Tuesday, September 22, 2015

Pengembangan Kentang Atlantik Di Kabupaten Garut

Menjamurnya restoran fast food (cepat saji), telah melahirkan peluang agribisnis baru. Salah satu menu favorit di restoran-restoran tersebut adalah french fries (kentang goreng). Kentang yang digoreng tersebut, harus kaya pati, sedikit gula dan air. Salah satu varietas yang paling banyak diserap adalah atlantik. Padahal yang paling banyak dibudidayakan petani kita adalah varietas granola atau lazim disebut sebagai kentang sayur. Produktifitas granola memang cukup baik. Dalam kondisi optimal rata-rata petani kita bisa menghasilkan 30 ton per hektar per musim tanam. Tapi granola tidak bisa dijadikan french fries. Sebab kadar air dan gulanya tinggi, sementara patinya rendah. Jadi kalau digoreng akan gosong tetapi tetap lembek. Lain dengan atlantik yang kalau digoreng akan berwarna cokelat cerah kekuningan, keras dan renyah.

Kendala utama keengganan petani kentang kita untuk menanam atlantik adalah, produktifitas per hektar per musim tanam hanyalah sekitar 20 ton. Padahal benih atlantik lebih mahal dengan selisih antara Rp 2.000,- sd. Rp 3.000,- per kg. Kebutuhan benih kentang per hektarnya mencapai 1 ton. Hingga selisih harga itu akan berpengaruh ke modal kerja antara Rp 2.000.000,- sampai dengan Rp 3.000.000,- per hektar. Sementara harga atlantik hanya berselisih antara Rp 1.000,- sampai dengan Rp 2.000,- per kg.nya. Seandainya produktifitas atlantik bisa sama dengan granola, pasti petani kita akan berani untuk mencobanya.

Sejarah

Kentang (Solanum tuberosum), adalah tanaman umbi-umbian asli Amerika Tengah/Selatan. Komoditas ini telah dibudidayakan oleh masyarakat Indian Aztec, Maya dan Inka sejak beberapa ribu tahun sebelum masehi. Bagi masyarakat Indian di Amerika tengah dan Selatan, kentang merupakan makanan pokok selain jagung, singkong dan ubijalar. Kentang dibawa masuk ke benua Eropa oleh bangsa Spanyol tahun 1794, dan dalam waktu sangat cepat menyebar ke seluruh Eropa, kemudian ke seluruh dunia. Dalam waktu cepat pula masyarakat Eropa menyukai kentang sebagai makanan pokok mereka setelah gandum. Bangsa Belanda membawa kentang ke Jawa tahun 1794. Pertamakali budidaya kentang dilakukan di Cimahi, Jawa Barat. Kemudian bangsa Belanda juga mengintroduksi kentang ke Brastagi, Sumatera Utara tahun 1811. Selanjutnya sentra kentang berkembang di Brastagi (Sumut), Kerinci (Jambi), Pangalengan (Jabar), Dieng (Jateng), Tengger (Jatim) dan Toraja (Sulsel). Dalam waktu singkat pula masyarakat Indonesia menggemari kentang. Namun beda dengan di kalangan masyarakat Indian dan Eropa yang mejadikan kentang sebagai makanan pokok, maka di negeri ini kentang difungsikan sebagai sayuran. Baik untuk sup, sambal goreng maupun rendang (kentang kecil-kecil utuh dan tak dikupas). Karenanya, ketika dekade tahun 1980 dan 1990an restoran fast food masuk ke Indonesia dengan french friesnya, maka kentang varietas atlantik tersebut harus diimpor.

Tahun 1980an, kendala utama budidaya kentang french fries adalah benih. Ketika itu benih kentang french fries masih harus diimpor. Salah satu perintis agroindustri benih kentang french fries adalah PT Bibit Baru di Brastagi, Sumut. Perusahaan PMA ini mampu memproduksi benih atlantik dengan kualitas yang mendekati benih impor. Para petani pun mulai tertarik untuk membudidayakan kentang keripik ini. PT Bibit Baru juga mencoba membenihkan kentang ini di Jawa, dengan lokasi pembenihan di Kopeng, Kabupaten Semarang, Jateng. Namun upaya perusahaan ini untuk mempopulerkan kentang french fries tersebut tidak berhasil mulus. Restoran Kentucky di Jakarta tidak mau menerima kentang produksi petani kita dengan berbagai alasan. Anehnya, pada saat itu, justru Kentucky Singapura bersedia menerima kentang kita. Tahun 1990an, beberapa restoran cepat saji kita menggunakan kentang lokal. Meskipun, dengan alasan suplai kentang lokal kita masih sangat kecil, restoran-restoran tersebut tetap masih mengimpor kentang siap goreng (sudah diiris) dari Australia dan AS. Baru ketika pada tahun 1998 kurs 1 US $ dari Rp 2.400,- menjadi Rp 15.000,- maka hampir semua restoran cepat saji menggunakan atlantik lokal.

Agribisnis Kentang Atlantik

Saat ini PT Indofood secara serius sudah menangani agribisnis kentang ini. Upaya perusahaan Salim Grup tersebut, bermula dari sekadar untuk memenuhi kebutuhan industri potato chips mereka. Namun sekarang perusahaan ini sudah memperoleh kepercayaan sebagai pemasok daging ayam serta kentang dari restoran-restoran cepat saji di Indonesia. Pola yang digunakan adalah second party. Artinya, Indofood memberikan jaminan kepada restoran-restoran tersebut bahwa daging ayam dan kentang yang dipasoknya akan memenuhi standar Codex maupun Sanitary dan Phytosanitary. Petani binaan Indofood antara lain di Pangalengan, Kab. Bandung, Jawa Barat. Sejalan dengan upaya Indofood ini, beberapa pengusaha benih juga mulai mengikuti jejak Bibit Baru. Antara lain Fitotex. IPB dan Balai Penelitian Sayuran (Balitsa) Lembang juga ikut pula menangani benih kentang french fries. Hingga kendala benih, sedikit banyak mulai bisa teratasi. Yang menjadi masalah tetap masih produktifitas petani. Dengan tingkat produktifitas granola mencapai 25 ton per hektar per musim tanam, dengan harga Rp 5000,- per kg, maka pendapatan kotor petani adalah Rp 125.000.000,- Kalau atlantik mampu berproduksi 25 ton maka pendapatan kotor petani akan menjadi Rp 175.000.000,- (selisih harga sekitar Rp 2.000,- per kg). Tetapi kalau petani hanya mampu berproduksi 20 ton, maka hasil kotor mereka hanya Rp 140.000.000,- Sebenarnya pendapatan dari atlantik ini masih cukup baik sebab biaya produksi kentang hanyalah sekitar Rp 40.000.000,- sampai dengan Rp 45.000.000,- per hektar per musim tanam. Namun dibandingkan dengan pendapatan dari granola, atlantik masih kalah.

Penangkaran Benih Kentang Atlantik di Kabupaten Garut

Di Kabupaten Garut sendiri penangkaran benih kentang Atlantik telah mulai dirintis sejak tahun 2010 yang lalu. Para penangkar yang tergabung dalam wadah Koperasi Penangkar Benih Kentang (KPBK) Kabupaten Garut telah memulai pengembangan benih kentang varietas Atlantik kelas G-0 yang dipusatkan di Desa Tambakbaya Kecamatan Cisurupan dengan membangun 7 screen house yang cukup refresentatif. Sekitar 160.000 knol benih kentang telah dihasilkan pada musim pertama dan ditargetkan bertambah menjadi 500.000 knol pada musim kedua.

Perbenihan kentang industri di Kabupaten Garut ini dijalankan dengan pola kemitraan antara Koperasi Penangkar Benih Kentang (KPBK) dengan perusahaan swasta PT. Rinjani Russet Makmur serta PT. Indofood CBP.

Dengan adanya pengembangan kentang industri varietas Atlantik tersebut diharapkan para penangkar kentang Kabupaten Garut dapat berkontribusi pada pengadaan kebutuhan benih kentang (Varietas Atlantik) Nasional sebesar 7,2 % dan pada akhirnya dapat membantu mengurangi impor benih kentang Atlantik.

Permasalahan Pengembangan Kentang Atlantik

Apabila cara budidayanya yang benar, produktifitas kentang di Indonesia bisa mencapai 35 ton per hektar per musim tanam. Ada beberapa kendala yang mengakibatkan tingkat produktifitas kentang kita menurun hanya tinggal 20 ton bahkan kurang dari itu. Pertama faktor lahan. Areal yang bisa ditanami kentang, di Indonesia sangat terbatas. Lahan itu harus berketinggian di atas 1.000 m. dpl. Tekstur tanahnya gembur. Akan lebih baik kalau tanah di lahan tersebut merupakan tanah vulkanis. Namun tidak semua lahan dengan karakteristik seperti itu bisa ditanami kentang. Masih ada faktor kelembaban tanah dan juga udara, intensitas sinar matahari, angin dan yang terakhir ada atau tidaknya gangguan frost yang di Jawa Tengah disebut sebagai embun upas (embun beracun). Sama-sama berketinggian 1.000 m. dpl, kawasan Puncak di Jawa Barat tidak cocok untuk ditanami kentang. beberapa kali pernah ada investor yang mencobanya namun selalu gagal. Saingan dari komoditas lain juga ikut pula berpengaruh. Misalnya di kawasan Temanggung dan Kopeng (Jateng). Meskipun beberapa kali diintruduksi kentang, namun masyarakat cenderung lebih suka menanam tembakau. Pertama karena modalnya lebih rendah, sementara hasilnya justru bisa lebih tinggi dari kentang.

Berikutnya soal benih. Sekarang benih-benih kentang F0 dan F1 sudah banyak diperdagangkan. Benih-benih kentang unggul ini, berkecenderungan akan terus menurun tingkat produktifitasnya, apabila hasil produksinya dijadikan benih lagi. Penurunan produktifitas antara F1 dan F2 memang tidak akan terlalu tinggi. Tetapi di atas F5, akan sama atau malahan justru lebih rendah dibanding kentang-kentang lokal. Kebiasaan petani kita selama ini adalah, selalu menggunakan kentang-kentang hasil panen mereka sendiri untuk keperluan benih. Setelah lewat F5 pun, mereka tetap akan menggunakannya untuk benih. Akibatnya tingkat produktifitas akan terus menurun. Ditambah lagi dengan makin kurusnya lahan akibat dieksploitir secara terus-menerus untuk budidaya kentang. Idealnya, semua komoditas pertanian, termasuk kentang, tidak boleh dibudidayakan secara terus-menerus di lahan yang sama. Karenanya, lahan harus dirotasi atau dibiarkan “bero” (menganggur) minimal selama satu musim tanam (3 bulan). Pola yang paling ideal adalah: kentang – kacang-kacangan – sayuran – jagung, baru kemudian kentang lagi. Jadi dalam setahun, idealnya satu petak lahan hanya ditanami kentang satu kali. Bahkan akan lebih ideal lagi kalau tahun ini diberi kentang (1 musim tanam), tahun berikutnya jangan ditanami kentang. Baru tahun berikutnya lagi diberi kentang. Jadi ada selisih satu tahun.

Selain dieksploitasi hingga makin kurus, bahan organik yang diberikan ke lahan pun sangat sedikit. Apabila kita menginginkan hasil 30 ton kentang per hektar, maka idealnya ke dalam 1 hektar lahan tersebut kita berikan aplikasi 15 ton pupuk organik (kandang, kompos, guano). Tetapi yang terjadi di kalangan petani, maksimal pupuk yang mereka berikan hanyalah 5 ton (1 truk besar) per hektar lahan. Akibatnya pengurusan lahan akan makin berlanjut dan semakin parah kondisinya. Kondisi ini masih ditambah dengan adanya bahaya erosi yang akan terus mengikis top soil (lapisan tanah yang subur). Kebiasaan petani kita selama ini adalah, membudidayakan kentang di lereng-lereng curam, tanpa membuat terassering. Alasan mereka adalah, terassering akan mengakibatkan frost terhenti pada petak-petak yang datar itu lalu menghancurkan kentang mereka. Dengan tanpa terassering, udara dingin dengan kabut es itu akan terus meluncur turun ke kawasan yang lebih hangat tanpa mengganggu kentang mereka.

Itulah beberapa kendala budidaya kentang di negeri ini. Kentang sayur kita pun masih banyak mengalami hambatan teknis. Lebih-lebih kentang french fries yang bagi sebagian besar petani kentang kita masih merupakan hal yang baru.

Sumber :
https://teddyws.wordpress.com/2013/05/16/pengembangan-kentang-atlantik-di-kabupaten-garut/


Baca artikel selengkapnya....

Wednesday, September 16, 2015

Pengembangan Budidaya Cumi-cumi Dengan Atraktor

Indonesia terkenal dengan hasil lautnya dan merupakan salah satu produsen komoditas perikanan yang memasok produksinya ke berbagai mancanegara. Salah satu komoditas perikanan bernilai ekonomi tinggi yang juga merupakan produk ekspor andalan negara Indonesia adalah cumi-cumi. Cumi – cumi merupakan satu jenis hewan oseanis, yang sebarannya dari permukaan sampai dengan kedalaman 1000 m. Hidup bergerombol dan memiliki sifat phototaxis positif yaitu tertarik pada sumber cahaya lampu.

Jenis cumi-cumi umumnya mempunyai satu system reproduksi, dimana gonadnya terletak di bagian posterior badannya. Proses perkawinan mereka tidak terjadi secara langsung, tetapi dimulai dengan rayuan, dimana jenis jantan selalu mendekati betina dan kadang-kadang pula jantan berenang di bagian atasnya. Pembuahan mudah terjadi karena sel telur betina memiliki alat pelindung (nidi mantel gland) yang terletak pada bagian dinding mantel dekat kelenjar “ovical”. Dinding mantel tersebut terbuka bebas untuk menerima spermatophora yang sudah tersedia dan ini terjadi di bawah mulutnya. Dari hasil urain diatas dapat disimpulkan bahwa gambaran tentang aspek reproduksi dan penyebarannya adalah merupakan dasar dalam hubungannya dengan pendayagunaan sumberdaya biota tersebut di kawasan perairan pantai.

Banyak sekali yang dapat dimanfaatkan dari cumi-cumi, tulang rawan cumi–cumi yang berupa bagian dalam kulit dengan mudah didapatkan mengandung senyawa kimia berupa kitin dan kitosan, senyawa ini dapat diolah dan dimanfaatkan sebagai bahan penyerap logam–logam berat yang dihasilkan oleh limbah industri. Kitosan juga dapat diaplikasikan antara lain sebagai penghambat pertumbuhan bakteri, fungi termasuk yang pathogen, serta mengimobilisasi enzim dan mikroba.

Selain itu kitosan banyak digunakan untuk keperluan biomedis, karena sifat-sifat kitosan yang dapat dengan cepat menggumpalkan darah, bersifat hipoalergenik dan memiliki sifat anti bacteria alamiah. Teknologi pengembangan budidaya cumi-cumi yang terbaru adalah dengan atraktor, atraktor ini dipasang di habitat asli cumi-cumi. Atraktor ini sebenarnya merupakan alat sejenis rumpon dengan desain menyerupai bentuk seperti kelopak bunga. Berdiameter 120 cm dan tinggi 35 cm.Alat ini dipasang pada habitat cumi-cumi, di dalam atraktor ini ditempatkan serabut-serabut dari tali agar mirip tumbuhan laut, tempat cumi-cumi biasa meletakkan telurnya. Di bagian atas atraktor ditutup dengan plastik hitam agar kondisi di dalam rumpon ini gelap tak tersentuh cahaya matahari. Hal ini sengaja dilakukan sebab cumi-cumi memang tergolong hewan yang aktif di saat malam hari.

Sumber:
http://www.portal.bpppbanyuwangi.com/index.php/publikasi/artikel-kelautan-dan-perikanan/45-pengembangan-budidaya-cumi-cumi-dengan-atraktor


Baca artikel selengkapnya....

Tuesday, September 1, 2015

Cara Tepat Menanam Sawi Dan Caisim

Salam Tani !!! Kali ini di blog Gerbang Pertanian akan membahas tentang bagaimana cara menanam sawi atau caisim yang tepat, namun demikian teknis budidaya tersebut tidaklah baku untuk dilakukan tetapi masih perlu dimodifikasi lagi agar sesuai dengan kondisi lokasi setempat.

Kenapa tanaman sawi atau caisim ini menjadi pilihan alternatif untuk kita budidayakan ? Karena tanaman sawi atau caisim sangat mudah kita budidayakan dibanding tanaman sayuran yang lain. Selain itu sawi atau caisim berumur sangat pendek, hanya dalam waktu sekitar satu bulan kita sudah bisa menikmati hasilnya.

Tanaman sayur merupakan salah satu tanaman andalan Negara Indonesia. Banyak sekali petani Indonesia yang membudidayakan berbagai jenis tanaman sayuran.

Hal tersebut disebabkan karena iklim di Indonesia memungkinkan dikembangkan tanaman sayur-sayuran yang banyak jenisnya, baik sayur dataran rendah hingga sayur dataran tinggi. Sehingga jika ditinjau dari aspek klimatologis Indonesia sangat tepat untuk dikembangkan untuk bisnis sayuran.

Di antara tanaman sayur-sayuran yang mudah dibudidayakan adalah caisim atau sawi karena caisim ini sangat mudah dikembangkan dan banyak kalangan yang menyukai dan memanfaatkannya. Selain itu juga sangat potensial untuk komersial dan prospek sangat baik.

Berbagai menu makanan mewajibkan menggunakan sawi/ caisin ini seperti mie ayam, bakso, pecel, gado-gado dll. Setiap daerah menyebut sawi atau caisim berbeda-beda seperti chinese mustard, indian mustard ataupun sarepta mustard. Orang Jawa, Madura menyebutnya dengan sawi, sedang orang Sunda menyebut sasawi orang banyumas caisim dll.

Selain sebagai sumber serat alami dan sayuran sehat sawi juga masih memiliki banyak manfaat. Manfaat sawi sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk. Penyembuh penyakit kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar pencernaan. Sedangkan kandungan yang terdapat pada sawi adalah protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C.

KLASIFIKASI BOTANI SAWI ATAU CAISIM
Divisi : Spermatophyta.
Subdivisi : Angiospermae.
Kelas : Dicotyledonae.
Ordo : Rhoeadales (Brassicales).
Famili : Cruciferae (Brassicaceae).
Genus : Brassica.
Spesies : Brassica Juncea.

JENIS-JENIS SAWI ATAU CAISIM

Ada beberapa jenis tanaman sawi atau caisim yang perlu kita ketahui. Secara umum tanaman sawi biasanya mempunyai daun panjang, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Petani kita hanya mengenal 3 macam sawi yang biasa dibudidayakan yaitu : sawi putih (sawi jabung), sawi hijau, dan sawi huma.

Sekarang ini masyarakat lebih mengenal caisim alias sawi bakso. Selain itu juga ada pula jenis sawi keriting dan sawi monumen. Caisim alias sawi bakso ada juga yang menyebutnya sawi cina., merupakan jenis sawi yang paling banyak dijajakan di pasar-pasar dewasa ini. Tangkai daunnya panjang, langsing, berwarna putih kehijauan. Daunnya lebar memanjang, tipis dan berwarna hijau. Rasanya yang renyah, segar, dengan sedikit sekali rasa pahit. Selain enak ditumis atau dioseng, juga untuk pedangan mie bakso, mie ayam, atau restoran cina.

SYARAT TUMBUH SAWI DAN CAISIM

Meskipun tidak memerlukan syarat tumbuh tertentu akan tetapi ada batasan supaya tanaman sawi ini bisa tumbuh maksimal. Sawi bukan tanaman asli Indonesia, menurut asalnya di Asia. Karena Indonesia mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya sehingga dikembangkan di Indonesia . Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di dataran tinggi. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl.

Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur.

Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa yang sejuk. lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bila di tanam pada akhir musim penghujan.

Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik.

Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7.

BUDIDAYA TANAMAN SAWI DAN CAISIM

Dari pengalaman maspary untuk membudidayakan tanaman sawi atau caisim sebenarnya tidaklah sesulit tanaman sayur yang lain seperti cabai, tomat, terong dll. Cara bertanam sawi sesungguhnya tak berbeda jauh dengan budidaya sayuran pada umumnya. Budidaya konvensional di lahan meliputi proses pengolahan lahan, penyiapan benih, teknik penanaman, penyediaan pupuk dan pestisida, serta pemeliharaan tanaman.

Sawi dapat ditanam secara monokultur maupun tunmpang sari. Tanaman yang dapat ditumpangsarikan antara lain : bawang dau, wortel, bayam, kangkung darat. Sedangkan menanam benih sawi ada yang secara langsung tetapi ada juga melalui pembibitan terlebih dahulu.

Berikut ini akan dibahas mengenai teknik budidaya sawi secara konvensional di lahan.

PEMBENIHAN SAWI DAN CAISIM

Benih tanaman sawi atau caisim bisa kita buat sendiri ataupun kita beli dari kios pertanian. Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih yang baik akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus.

Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram.

Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman.

Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya.

Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil.

Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Dan penanaman sawi yang akan dijadikan benih terpisah dari tanaman sawi yang lain. Juga memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, tempat penyimpanan dan diharapkan lama penggunaan benih tidak lebih dari 3 tahun.

CARA PENGOLAHAN TANAH UNTUK TANAM SAWI DAN CAISIM

Pada dasarnya tanaman sawi tidak menyukai genangan air, oleh karena itu kita harus memodifikasi supaya tanah tidak tergenang saat hujan. Pengolahan tanah secara umum melakukan penggemburan dan pembuatan bedengan. Tahap-tahap pengemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah dan sirkulasi udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah yang akan menambah kesuburan lahan yang akan kita gunakan. Akan tetapi jika lokasi tanah kita tinggi tidak menggunakan bedengan juga tidak masalah.

Tanah yang hendak digemburkan harus dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan yang tumbuh. Dan bebas dari daerah ternaungi, karena tanaman sawi suka pada cahaya matahari secara langsung.

Sedangkan kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20 sampai 40 cm.

Pemberian pupuk kandang fermentasi 3 - 5 ton/ha. Pupuk kandang fermentasi diberikan saat penggemburan agar cepat merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita gunakan.

Bila daerah yang mempunyai pH terlalu rendah (asam) sebaiknya dilakukan pengapuran. Pengapuran ini bertujuan untuk menaikkan derajad keasam tanah, pengapuran ini dilakukan jauh-jauh sebelum penanaman benih, yaitu kira-kira 2 sampai 4 minggu sebelumnya. Sehingga waktu yang baik dalam melakukan penggemburan tanah yaitu 2 – 4 minggu sebelum lahan hendak ditanam. Jenis kapur yang digunakan adalah kapur kalsit (CaCO3) atau dolomit (CaMg(CO3)2).

PEMBIBITAN TANAMAN SAWI DAN CAISIM

Tanaman sawi atau caisim tidak bisa kita tanam langsung dari benih karena akan memiliki tingkat kematian yang tinggi. Akan tetapi harus kita buat pembibitan terlebih dahulu. Pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk penanaman.

Karena lebih efisien dan benih akan lebih cepat beradaptasi terhadap lingkungannya.

Sedang ukuran bedengan pembibitan yaitu lebar 80 – 120 cm dan panjangnya 1 – 3 meter.

Curah hujan lebih dari 200 mm/bulan, tinggi bedengan 20 – 30 cm.

Dua minggu sebelum di tabur benih, bedengan pembibitan ditaburi dengan pupuk kandang lalu di tambah 20 gram urea, 10 gram TSP, dan 7,5 gram Kcl.

Cara melakukan pembibitan ialah sebagai berikut : benih ditabur, lalu ditutupi tanah setebal 1 – 2 cm, lalu disiram dengan sprayer.

Setelah berumur 3 – 4 minggu sejak disemaikan tanaman dipindahkan ke bedengan.

PENANAMAN SAWI DAN CAISIM

Hal terpenting pada penanaman sawi adalah kedalaman penanaman sawi atau caisim. Tidak boleh terlalu dalam atau terlalu dangkal.

Bedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran petak tanah.

Tinggi bedeng 20 – 30 cm dengan jarak antar bedeng 30 cm, seminggu sebelum penanaman dilakukan pemupukan terlebih dahulu yaitu pupuk kandang 3 – 5 ton/ha, TSP 40 kg/ha, Kcl 15 kg/ha.

Sedang jarak tanam dalam bedengan 40 x 40 cm , 30 x 30 dan 20 x 20 cm.

Pilihlah bibit yang baik, pindahkan bibit dengan hati-hati, lalu membuat lubang dengan ukuran 4 – 8 x 6 – 10 cm.

PEMELIHARAAN TANAMAN CAISIM DAN SAWI

Ada beberapa pemeliharaan tanaman sawi atau caisim yang perlu kita lakukan. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah penyiraman, penyiraman ini tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa berlebih maka kita perlu melakukan pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba kita harus menambah air demi kecukupan tanaman sawi yang kita tanam. Bila tidak terlalu panas penyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari.

Penjarangan dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat.

Penyulaman ialah tindakan penggantian tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang mati atau terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru.

Penyiangan biasanya dilakukan 2 – 4 kali selama masa pertanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma pada bedeng penanaman. Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu setelah penanaman. Apabila perlu dilakukan penggemburan dan pengguludan bersamaan dengan penyiangan.

Pemupukan tambahan diberikan setelah 3 minggu tanam, yaitu dengan urea 20 kg/ha 1 minggu sekali sampai masa panen.

PENANAMAN VERTIKULTUR TANAMAN SAWI DAN CAISIM

Tanaman sawi dan caisim sangat cocok jika kita budidayakan scara vertikultur karena memiliki perakaran yang pendek. Langkah – angkah penanaman secara vertikul untuk tanaman sawi atau caisim adalah sebagai berikut :

Benih disemaikan pada kotak persemaian denagn media pasir. Bibit dirawat hingga siap ditanaman pada umur 14 hari sejak benih disemaikan.

Sediakan media tanam berupa tanah top soil, pupuk kandang, pasir dan kompos dengan perbandingan 2:1:1:1 yang dicampur secara merata.

Masukkan campuran media tanam tersebut ke dalam polibag yang berukuran 20 x 30 cm.

Pindahkan bibit tanaman yang sudah siap tanam ke dalam polibag yang tersedia. Tanaman yang dipindahkan biasanya telah berdaun 3 – 5 helai.

Polibag yang sudah ditanami disusun pada rak-rak yang tersedia pada Lath House.

PENANAMAN HIDROPONIK TANAMAN SAWI DAN CAISIM

Selain dibudidayakan secara veltikulture tanaman sawi juga sudah biasa dibudidayakan secara hidroponik. (untuk mengetahui cara membuat larutan hidroponik secara organik silahkan lihat artikel maspary yang terdahulu). Langkah-langkah penanaman secara hidroponik untuk tanaman sawi atau caisim adalah sebagai berikut :

Siapkan wadah persemaian . Masukkan media berupa pasir halus yang disterilkan setebal 3 – 4 cm. Taburkan benih sawi di atasnya selanjutnya tutupi kembali dengan lapisan pasir setebal 0,5 cm.

Setelah bibit tumbuh dan berdaun 3 – 5 helai (umur 3 – 4 minggu0, bibit dicabut dengan hati-hati, selanjutnya bagian akarnya dicuci dengan air hingga bersih, akar yang terlalu panjang dapat digunting.

Bak penanaman diisi bagian bawahnya dengan kerikil steril setebal 7 – 10 cm, selanjutnya di sebelah atas ditambahkan lapisan pasir kasar yang juga sudah steril setebal 20 cm.

Buat lubang penanaman dengan jarak sekitar 25 x 25 cm, masukkan bibit ke lubang tersebut, tutupi bagian akar bibit dengan media hingga melewati leher akar, usahakan posisi bibit tegak lurus dengan media.

Berikan larutan hidroponik lewat penyiraman, dapat pula pemberian dilakukan dengan sistem drip irigation atau sistem lainnya, tanaman baru selanjutnya dipelihara hingga tumbuh besar.

HAMA TANAMAN SAWI DAN CAISIM

Dari pengalaman maspary ada beberapa hama tanaman caisim yang perlu diperhatikan, akan tetapi hama-hama tersebut mudah dikendalikan. Beberapa hama yang perlu diwaspadai pada budidaya sawi atau caisim antara lain Ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis Zell.). Ulat tritip (Plutella maculipennis).Siput (Agriolimas sp.).Ulat Thepa javanica.Cacing bulu (cut worm).

Hama-hama diatas bisa dikendalikan dengan berbagai insektisida golongan sipermetrin seperti buldok, matador atau decis. Atau menggunakan insektisida biologi atau nabati yang ada disekitar anda.

PENYAKIT TANAMAN SAWI DAN CAISIM

Selain rawan terserang hama tanaman sawi juga mudah terserang penyakit pada saat musim hujan. Beberapa penyakit yang biasa menyerang tanaman sawi atau caisim adalah Penyakit akar pekuk.Bercak daun alternaria. Busuk basah (soft root). Penyakit embun tepung (downy mildew). Penyakit rebah semai (dumping off). Busuk daun.busuk Rhizoctonia (bottom root). Bercak daun.Virus mosaik.

Untuk mengendalikan berbagai penyakit pada tanaman sawi menurut pengalaman maspary cukup dengan menjaga kondisi kelembaban dan genangan air saja. Jika cuaca curah hujan tinggi sebaiknya tanaman sawi kita naungi dengan plastik sedangkan jika kondisi lahan mudah tergenang sebaiknya kita buat guludan yang agak tinggi.

PANEN DAN PASCA PANEN CAISIM DAN SAWI

Dalam hal pemanenan penting sekali diperhatikan umur panen dan cara panennya.
Umur panen sawi paling lama 70 hari. Paling pendek umur 40 hari.
Terlebih dahulu melihat fisik tanaman seperti warna, bentuk dan ukuran daun.
Cara panen ada 2 macam yaitu mencabut seluruh tanaman beserta akarnya dan dengan memotong bagian pangkal batang yang berada di atas tanah dengan pisau tajam.

Pasca panen sawi dan caisim yang perlu diperhatikan adalah :
1. Pencucian dan pembuangan kotoran.
2. Sortasi.
3. Pengemasan.
4. Penyimpanan.
5. Pengolahan.

Menurut maspary, tehnik budidaya caisim atau sawi yang ditulis diatas sifatnya tidaklah mutlak artinya tehnik budidaya diatas sangat memungkinkan untuk dimodifikasi disesuaiakan dengan kondisi alam dan iklim setempat serta ketersediaan biaya dan tenaga kerja kita.

Demikian cara teknis budidaya tanaman sawi atau caisim dari Gerbang Pertanian untuk petani Indonesia semoga bisa bermanfaat bagi pembaca semua.

Sumber :
http://www.gerbangpertanian.com/2014/09/cara-tepat-menanam-sawi-dan-caisim.html


Baca artikel selengkapnya....
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Para Sahabat

Total Visitors

Histats

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP